Thursday, October 29, 2015

Etika Desainer Grafis

10:45 AM Posted by shufflinstars , , , , , , No comments

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang dalam saya sampaikan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahan-Nya paper ini dapat saya selesaikan tepat waktu dan sesuai dengan diharapkan. 
Paper ini dibuat untuk membahas mengenai etika yang berlaku di masyarakat. Namun saya akan memperdalam mengenai etika perancang desain grafis. Paper ini berisi segala bentuk informasi dan pemahaman mengenai etika seorang desainer grafis dan mengapa hal tersebut penting dan dibutuhkan. Paper ini juga dibuat sebagai salah satu syarat yang mengacu pada ujian akhir semester nantinya.
Dalam proses pencarian data tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya saya sampaikan kepada:

1. Bpk. Santo Tjhin selaku dosen pembimbing yang memberi masukan, arahan dan bimbingan.
2. Narasumber yang telah membagikan informasinya kepada kami.
3. Pihak pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Demikianlah paper ini saya susun. Saya menyadari bahwa dalam pembuatannya, paper ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik  di masa yang akan datang.






Jakarta 4 Oktober 2015



Penulis

PENDAHULUAN
Grafis merupakan dunia yang dinamis mengikuti ruang dan waktu. Desain sendiri sangatlah berpengaruh dan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia sudah berinteraksi dengan dunia desain sejak mereka ada dibumi ini, lahir, bermain dan tumbuh menjadi dewasa hingga sekarang. Jika mencoba meng-flashback masa kecil, mayoritas yang akan diingat adalah hal visual. Misalnya cover buku tulis waktu duduk di sekolah dasar, merk sepatu, desain bungkus jajanan yang dulu sering dibeli, film kartun yang sering ditonton sewaktu hari minggu, dan masih lagi. Ketika melihat bentuk visual itu, maka akan secara tidak langsung membuka memori-memori tersebut dan seakan terbawa ke masa lampau dimana hal-hal dulu kembali teringat dan terasa. Begitu kuatnya dunia desain sampai-sampai pikiran manusia bisa terbawa jauh tanpa batas.

Melihat fenomena dunia desain yang cepat dan dinamis, seorang desainer harus bisa mengikuti perkembangan tersebut. Tidak boleh ada rasa puas dengan apa yang dimiliki sekarang. Seorang desainer harus terus menggali konsep visual, gaya, dan metode baru dalam mengembangkan desain. Ketika hal tersebut bisa dilakukan dengan penuh kreatifitas dan inovasi secara berkelanjutan maka tanpa disadari hal tersebut akan menjadi sebuah trend. Desain merupakan awal mula dimana berkembangnya sebuah trend di tengah-tengah masyarakat. Desainer mendesain bukan semata-mata hanya untuk keperluan atau kepentingan tertentu, tapi karena mereka memiliki sebuah tujuan. Desain bisa mempengaruhi dan merubah hidup menjadi lebih baik, teratur, dan seimbang.

Etika sebuah profesi sangatlah penting. Kegiatan bisnis haruslah memiliki etika, guru memiliki etika, pembawa berita memiliki etika, seorang manager memiliki etika. Namun apakah etika perlu dan penting untuk seseorang yang pekerjaannya hanyalah merancang dan mendesain grafis atau visual? Disinilah alasan mengapa saya memilih etika seorang perancang desain grafis untuk dibahas.

MENGENAL DESAIN GRAFIS

Desain Grafis itu berasal dari dua kata yaitu Desain dan Grafis. Kata desain berarti proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang. Sedangkan grafis adalah titik atau garis yang berhubungan dengan cetak mencetak. 
Jadi dengan demikian Desain grafis ialah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. 
Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (desain).

Dalam bidang kompetensi Desain Grafis, hal yang harus dikuasai sebelum bekerja adalah:

1. Sikap (Attitude)
Bekerja sebagai penunjang di bidang komunikasi membutuhkan manusia yang sadar akan tugasnya sebagai pengantar pesan/informasi. Pada tingkat awal, telah disadarkan akan pentingnya aspek informatif. Pada jenjang yang lebih tinggi dibutuhkan wawasan mengenai teori komunikasi untuk melakukan tugas yang lebih rumit dalam mengolah sebuah visual. Hal tersebut menyangkut pertimbangan tentang:

- Pesan/message (apa maksud informasi)
- Khalayak/audience (siapa masyarakat/target yang dituju)
- Sasaran/objective (apa yang diharapkan setelah mendapat informasi).

Kerumitan ketiga aspek ini akan berkembang sejalan dengan makin kompleksnya masalah komunikasi yang dihadapi.

2. Pengetahuan, Ketrampilan, dan Kepekaan (Skill, Knowledge, and Sensibility)
Dalam bidang desain grafis beberapa pengetahuan dasar umum dan keterampilan khusus perlu diperoleh sebelum terjun ke lapangan kerja. Berikut pengetahuan yang wajib dimiliki oleh seorang desainer grafis:

- Pengetahuan, keterampilan dan kepekaan oleh unsur rupa/desain (garis, bidang, bentuk, tekstur, kontras, ruang, irama, warna, dan lain-lain) serta prinsip desain (harmoni, keseimbangan, irama, kontras, kedalaman, dan lain-lain). 
- Pengetahuan warna (lingkaran warna, intensitas, analog, saturasi, kromatik, dan lain-lain) dan kepekaan warna baik aditif (cahaya langsung) maupun subtraktif (pantulan/pigmen), pengetahuan warna monitor (RGB) dan warna untuk percetakan (CMYK, Spot Colour).
- Memiliki pengetahun dan keterampilan dalam oleh huruf/tipografi: family font, ukuran huruf, bobot huruf, istilah dalam tipografi, keterampilan mengolah huruf secara manual (dengan tangan) maupun secara digital.
- Memiliki ketrampilan menggambar dan kepekaan pada unsur gambar (garis, bidang, warna, dan seterusnya).
- Memiliki pengetahuan dasar fotografi.

3. Kreatifitas (Creativity)
Kemampuan kreatif merupakan kompetensi kunci dalam profesi ini. Bidang desain grafis menuntut hasil yang bukan hanya benar dan sesuai misi komunikasi, tetapi juga karya yang menampilkan keunikan dan kesegaran gagasan. Hal ini jadi penting karena pada dasarnya manusia selalu menuntut hal baru untuk menghindari kebosanan, dalam era banjir informasi seperti yang kita alami saat ini (tiap orang menerima sedikitnya tujuh ribu informasi per hari) pesan yang tak unik/menarik akan hilang ditelan kegaduhan komunikasi. Dalam lingkup demikian kreativitas seorang ahli bidang ini akan dihargai.

ETIKA DESAINER GRAFIS
Berkaitan dengan waktu, desain grafis sangat dipengaruhi oleh dunia bisnis, teknologi, teori/konsep baru, media baru dan gaya hidup dengan segala perkembangan dan tuntutannya. Lingkup dunia desain grafis semakin luas dan kompleks dalam kurun waktu 15 tahun belakangan ini, terutama sejak adanya krisis global 2008. Untuk itu, untuk mencapai optimasi hasil desain grafis yang berkualitas, dibutuhkan strategi dan taktik baru.  Etika desain merupakan salah satu konsep untuk pencapaian hasil yang berkualitas tersebut.
Kode etik merupakan pernyataan formal dari nilai-nilai etis dan sosial dalam sebuah organisasi (komersial). Kode etik biasanya berisi prinsip umum mengenai keyakinan organisasi pada hal-hal seperti: kualitas, kepegawaian, lingkungan, dll. Selain itu juga mencakup masalah prosedur yang akan digunakan dalam situasi tertentu, misalnya: konflik kepentingan, dll. Efektivitas kode etik biasanya bergantung pada dukungan manajemen dengan pemberian sanksi maupun penghargaan. 
Desain adalah suatu karya cipta atau perancangan manusia yang melakukan usaha pemecahan masalah untuk menghasilkan karya dalam memenuhi keperluan, kebutuhan dan keinginan sekelompok masyarakat.
Etika desain yang dibahas disini terbatas pada Desain Komunikasi Visual atau Desain Grafis, suatu pendekatan dan pertimbangan kreatif yang esensial dan ideal dalam mencapai optimasi desain yang integral.
Seorang desainer haruslah memiliki respect diri. Seorang desainer tidak boleh menganggap pekerjaan diri sendiri (desainer) lebih rendah dari pekerjaan lain dikarenakan desain itu diperlukan dalam berbagai jenis pekerjaan dan dalam kehidupan sehari-hari.

KONSEP ETIKA DESAINER GRAFIS
1. Benar
Tidak melakukan plagiat dan mentaati undang-undang hak cipta.

2. Baik
Berdasarkan teori Aksiologi yang menyatakan bahwa pertimbangan desain yang baik adalah keserasian dan keindahan. Segalanya berkaitan dengan estetis dan terlihat baik. Konsep ini bersifat lebih subyektif dalam memenuhi fungsi DKV atau desain grafis (informatif) dikarenakan penekanannya tetap pada hasil atau tujuan akhir. Apakah hasil akhirnya baik atau tujuan diinginkan tercapai? Desain grafis cenderung melibatkan konsep komunikasi pemasaran. 

3. Dapat diterima/komunikatif
Bahwa hasil karya dapat diterima target sasaran sesuai dengan aspek geografis, demografis dan khususnya psikografis sasaran, seperti kelas sosial, gaya hidup, kebiasaan, personalitas, sikap, motivasi. Semua erat dengan kebudayaan dan norma. Termasuk penggunaan pendekatan komunikasi: emosional, rasional dan moral.

4. Mampu mendukung peningkatan nilai-nilai (values)
Hubungan manusia dengan manusia.
Kemudahan (sign dan segala media informasi lainnya)
Kenyamanan (kampanye, kemasan)
Keamanan (sign, kampanye)
Kesejahteraan (kampanye)
Keindahan (majalah, buku, poster)
Mendukung promosi (periklanan)
Kesenangan/hiburan (berbagai media)

Hubungan manusia dengan lingkungan.
Keseimbangan eco-system/environment melalui kampanye dan program desain grafis

Hubungan manusia dengan pencipta.
Nilai religi (berbagai media)

5. Nilai tambah (value-added)
Sebagai tuntutan abad ke-21, beredar pernyataan bahwa “Good Design not Enough“. Desain yang baik perlu nilai tambah. Desainer harus dapat menghasilkan suatu desain yang paling baru diantara desain yang terbaru dan yang paling baik diantara desain yang baik.


ILMU YANG PERLU DIPELAJARI
Desain Grafis merupakan bidang ilmu yang meliputi banyak aspek mulai dari seni, komunikasi, teknologi hingga sosial budaya. Dalam aspek seni rupa, kita harus mempelajari dasar-dasar seni rupa seperti komposisi, warna, layout, tipografi dan ilustrasi serta aplikasinya dengan teknologi seperti teknik reproduksi grafika, fotografi dan komputer. Karena desain grafis adalah seni rupa terapan, maka ketika terjun dalam dunia bisnis sebaiknya seorang desainer grafis juga mempelajari ilmu komunikasi, manajemen dan marketing

Dalam berbagai permasalahan memerlukan solusi kreatif dan hal ini dapat menghasilkan karya yang kreatif. Dalam prosesnya, seorang desainer grafis memerlukan waktu, ruang, keahlian, atau sumber daya lainnya untk menghasilkan suatu hasil. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.




KESIMPULAN
Kode etik merupakan pernyataan formal dari nilai-nilai etis dan sosial dalam sebuah organisasi (komersial). Kode etik biasanya berisi prinsip umum mengenai keyakinan organisasi pada hal-hal seperti: kualitas, kepegawaian, lingkungan, dll. Selain itu juga mencakup masalah prosedur yang akan digunakan dalam situasi tertentu, misalnya: konflik kepentingan, dll. Efektivitas kode etik biasanya bergantung pada dukungan manajemen dengan pemberian sanksi maupun penghargaan.
Bagi desainer grafis, kode etik bertujuan mencapai 'fair play' yang artinya bahwa semua yang berhubungan dengan industri maupun profesi tersebut, seperti: klien, desainer, serta pihak-pihak lainnya memiliki hubungan yang seimbang dalam hak dan kewajiban sesuai dengan aturan yang disepakati/ berlaku. Kode etik disusun guna mencegah terjadinya praktek bisnis curang/ tidak adil serta kerugian-kerugian yang akan diakibatkannya. 
Selain itu, kode etik disusun guna memperjelas hal-hal penting dalam hubungan kerja antara klien, desainer maupun pihak ketiga lainnya, sehingga harapan masing-masing pihak, serta standar profesional dalam industri/ profesi ini dapat tercapai. Kode etik juga diharapkan dapat membantu memperjelas pengetahuan klien mengenai apa, mengapa, bagaimana desain grafis itu.

DAFTAR PUSTAKA
A Business Guide to Visual Communication oleh Katy French
Communication Design “Principles, Methods, and Practice” oleh Jorge Frascara
Etika & Profesi Desainer Grafis oleh Kyuuki Oeuvre
Etika Profesi Desainer oleh Nur Apit Solehman


Tuesday, September 29, 2015

Etika Bisnis

10:26 PM Posted by shufflinstars , , , No comments

(Bab 1) Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentatati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi. Etika merupakan refleksi kritis terhadap moralitas. Etika pada akhirnya mengharapkan agar orang bertindak sesuai dengan nilai dan normal moral yang berlaku, tetapi kesesuaian itu bukan semata-mata karena tindakan itu diperintahkan oleh nenek moyang, orang tua, guru, atau bahkan Tuhan melainkan karena ia sendiri tahu dan sadar bahwa hal itu memang baik bagi dirinya dan orang lain. Ia sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sepantasnya bertindak seperti itu. Maka dari itu, etika sebagai ilmu menuntut orang untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional. Etika memberi kita pegangan atau orientasi dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini. Tindakan manusia mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Ada dua teori etika yaitu etika deontologi dan etika teleologi
Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Misalnya memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen, mengembalikan utang sesuai kesepakatan. Ada tiga prinsip etika yang harus dipenuhi. 
  1. Supaya suatu tindakan punya nilai moral, tindakan itu harus dijalan berdasarkan kewajiban. 
  2. Nilai moral dari tindakan itu tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu yang artinya jika tujuannya tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.
  3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip tadi, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
Etika teleologi mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik atau jika akibat yang ditimbulkan baik dan berguna. Misalnya seorang anak mencuri demi membayar pengobatan ibunya yang sakit parah akan dinilai secara moral sebagai tindakan baik terlepas dari kenyataan bahwa secara legal ia bisa dihukum. Namun jika tindakan itu bertujuan jahat maka tindakan itupun akan dinilai jahat. Jadi etika teleologi lebih bersifat situasional.

(Bab 2) Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk nafkah kehidupan dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi dan moral yang mendalam. Orang professional melibatkan seluruh dirinya dengna giat, tekun, dan serius menjalankan pekerjaannya itu. Karena ia sadar dan yakin bahwa pekerjaan itu menyatu dengan dirinya. Ia tidak sekedar menjalankan pekerjaannya sebagai hobi, mengisi waktu luang, atau sekedar asal-asalan. Komitmen pribadi inilah yang melahirkan tanggung jawab besar dan mendalam atas pekerjaannya. Orang professional itu mempunyai disiplin kerja yang tinggi. Hanya dengan disiplin diri baik dalam waktu, ketekunan dalam menyelesaikan pekerjaannya sampai tuntas, maupun dalam menepati rencana kerja yang telah digariskan, ia bisa berhasil dalam menjalankan tugas pekerjaannya maupun berhasil mejnadi  orang yang sukses dan berguna bagi banyak orang. Secara umum, mereka mengabdi pada masyarakat.
Orang yang professional adalah orang yang dapat diandalkan dan dipercaya. Mereka tahu cara menjaga nama baik, komitmen moral, tuntutan profesi, serta nilai dan cita-cita yang diperjuangkan dalam profesinya. Profesi mempunyai tuntutan yang sangat tinggi bukan saja dari orang luar melainkan dari dalam diri sendiri.
Dalam kaitan dengan profesi pada umumnya, lama kelamaan hubungan antara pengabdian kepada masyarakat dan nafkah hidup berkembang menjadi saling mengisi dan mengondisikan. Semakin professional seseorang dalam menjalankan profesinya itu, semakin banyak pula ia memproleh imbalan atas profesinya. Ini sesungguhnya adalah konsekuensi logis dari profesionalismenya. Artinya semakin baik dan professional ia melayani masyarakat, semakin banyak pula orang yang menjadi langganannya dan karena itu ia akan memproleh imbalan yang semakin baik. Maka istilah professional hamper identik dengan mutu, komitmen, tanggung jawab, dan bayaran yang tinggi.
Kode etik menentukan identitas dan perilaku khususnya perilaku moral dari para professional tersebut. Dengan kode etik atau komitmen moral, keahlian tidak lagi cukup untuk menyebut seseorang sebagai orang yang professional karena terkadang keahlian dapat menghancurkan hidup orang lain. Ada empat prinsip etika profesi. 
  1. Prinsip tanggung jawabProfessional bertanggung jawab menjalankan pekerjaannnya sebaik mungkin dan dengan hasil yang  memuaskan. Ia bertanggung jawab atas dampak profesi pada tingkat dimana profesi itu membawa kerugian secara disengaja atau tidak, ia harus bertanggung jawab atas hal itu. Bentuknya bisa saja mengganti kerugian, pengakuan jujur dan tulus jika melakukan kesalahan, mundur dari jabatan, dan sebagainya. 
  2. Prinsip keadilan. Prinsip keadilan menunjukkan bahwa dalam menjalankan profesi, ia tidak merugikan hal dan kepentingan pihak lain. Orang yang professional tidak boleh mebeda-bedakan pelayanan dan kadar pelayanan. 
  3. Prinsip otonomi. Prinsip ini dituntut oleh kalangan professional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalan profesinya. Prinsip ini terutama ditujukan kepada pihak pemerintah. 
  4. Prinsip integritas moral. Profesional punya komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya, dan juga kepentingan orang lain. Prinsip ini tuntutan ia atas dirinya sendiri. Ia menuntut dirinya untuk bertanggung jawab atas profesinya serta tidak melecehkan nilai yang dijunjung tinggi dan diperjuangkan oleh profesinya.
(Bab 3) Bisnis memang sering diibaratkan dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai permainan persaingan yan ketat. Namun bisnis tidak sepenuhnya seratus persen sama dengan judi atau permainan. Yang dipertaruhkan dalam bisnis melebihi uang atau barang material. Dalam bisnis orang mempertaruhkan dirinya, nama baiknya, keluarganya, seluruh hidupnya, hidup serta nasib karyawan beserta keluarga mereka, nasib umat manusia pada umumnya. Bisnis adalah sebuah pertaruhan yang menyangkut nilai-nilai yang hakiki seperti kehidupan manusia dan nasib begitu banyak orang yang terkait. Maka dalam bisnis, mereka tidak sekedar main-main. Kalaupun itu adalah permainan, ini sebuah permainan yang penuh perhitungan.
Cara dan strategi harus diperhitungkan secara matang sehingga tidak sampai merugikan orang atau pihak lain dan agar pada akhirnya juga tidak sampai merugikan diri sendiri. Dalam bisnis ada nilai manusiawi yang harus dipertaruhkan maka cara dan strategi untuk menangpun harus manusiawi. Dengan kata lain cara dan strategi bisnispun harus etis.
Bisnis adalah fenomena modern yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Bisnis terjadi dan berlangsung dalam masyarakat. Bisnis dilakukan di antara manusia yang satu dan manusia yang lainnya. Itu berarti norma atau nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam kehidupan pada umumnya mau tidak mau juga ikut dibawa dalam kegiatan dan kehdupan bisnis seorang pelaku bisnis sebagai manusia. Demikian pula setiap relasi bisnis selalu bekerja dengan harapan dan tuntutan agar lawannya melakukan bisnis secara fair dengannya paling kurang dengan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat. Kalau tidak, relasi itu akan putus dan tidak akan bertahan. Sebaliknya ia sendiri mengikat dirinya untuk tidak menipu karyawannya sebagaimana yang dituntutnya dari karyawannya. Atau, ia sendiri mengikat dirinya untuk menjalankan bisnisnya secara fair dan baik dengan  pihak lain.
Atas dasar ini, bisnis yang berhasil juga sebagian besar ditentukan dan diukur berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat itu, termasuk nilai dan norma moral. Artinya kalau mau berhasil, operasi bisnis tidak hanya ditentukan oleh kiat bisnis murni melainkan juga oleh penghayatan nilai dan norma moral social. Contohnya adalah bisnis di Jepang. Bisnis Jepang berhasil ditentukan oleh karena pengusaha Jepang mematuhi dan menghayati betul nilai, moral, social, dan budaya dalam kegiatan bisnisnya.
Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena pertama, keuntungan memungkinkan suatu perusahaan bertahan dalam kegiatan bisnisnya. Kedua, tanpa memproleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya. Karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi mecamu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional. Ketiga, keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang semakin baik. Lebih dari itu, dengan keuntungan yang terus diproleh, perusahaan dapat mengembangkan terus usahanya dan berarti membuka lapangan kerja bagi banyak orang lainnya dan dengan demikian memajukan ekonomi nasional.
Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisa sadar betul bahwa perusahaan yang unggul bukan hanya perusahaan yang mempunyai kinerja bisnis-manajerial-finansial yang baik melainkan juga mempunyai kinerja etis dan etos bisnis yang baik. Hanya perusahaan yang mampu mempertahankan mutu, memenuhi permintaan pasar dengan tingkat harga, mutu, dan waktu yang tepat akan menang. Hanya perusahaan yang mampu menawarkan barang dan jasa sesuai dengan apa yang dianggapnya baik dan diterima masyarakat itulah yang akan berhasil dan bertahan lama.
Para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah raja. Kepercayaan konsumen tidak hanya dipertahankan dengan bonus ini itu melainkan harus dijaga dengan memperlihatkan citra bisnisnya sebagai bisnis yang baik dan etis.
Anggapan bahwa bisnis adalah kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan moralitas adalah sama sekali tidak benar. Bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata lain, bisnis memang punya etika dank arena itu etika bisnis memang relevan untuk dibicarakan. Dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnys secara baik dan etis dan perusahaan yang memperlihatkan hak dan kepentingan semua pihak yang berkait dengan bisnisnya akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.

(Kesimpulan) Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan. Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori dan norma bisnis bukan dengan kategori dan norma etika. Namun bisnis bisa berkembang menjadi sebuah profesi yang luhur atau etis. Berarti bisnis perlu dijlankan secara etis. Bisnis tidak sepenuhnya merupakan profesi yang kotor jika ditunjang oleh sistem politik ekonomi yang kondusif dan aturan yang jelas serta fair. Tanpa itu bisnis hanya akan menjadi sebuah profesi yang kotor, penuh intrik, tipu daya, dan penuh pembelian kekuasaan ekonomi dan politik demi segelintir orang dengan mengorbankan kepentingan hak dan masyarakat luas.

sumber:
Etika Bisnis "Tuntutan dan Relevansinya" oleh Dr. A. Sonny Keraf

Thursday, September 10, 2015

Etika Profesi Sebagai Perancang Desain

4:25 AM Posted by shufflinstars , , , No comments

Etika profesi sebagai seorang perancang desain: 
  • Senantiasa berusaha untuk saling mengingatkan rekan anggota lain terhadap tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kode etik profesi.
  • Memberikan gambaran yang benar terhadap kualifikasi dan pengalaman kerjanya kepada pemberi tugas dan masyarakat.
  • Menyesuaikan imbalan jasa sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan perilaku keprofesian. 
  • Mempromosikan jasa-jasa keprofesiannya dengan cara yang berintikan fakta-fakta, terhormat dan tanpa pernyataan-pernyataan atau implikasi yang bersifat membesar-besarkan dan atau memuji diri sendiri yang dapat diasosiasikan sebagai kebohongan. 
  • Bertindak demi kepentingan pemberi tugas mereka dengan kesetiaan dan kejujuran, sebatas kepentingan pekerjaan yang tidak melanggar hukum.
  • Mengerjakan tugas mengetahui adanya pertentangan kepentingan antara pemberi tugas dengan kepentingan keamanan, hukum, kesehatan atau kesejahteraan umum.
  • Memberikan saran-saran yang memadai dan bekerja sama sepenuhnya dengan Anggota atau Profesi Ahli lainnya yang terlibat dalam penugasan ini demi kepentingan Pemberi Tugas.
  • Mendiskusikan secara bebas dengan anggota-anggota atau rekan-rekan lain masalah-masalah yang bertalian dengan praktek keprofesian, pengalaman dan masalah-masalah serupa.

Bagaimana seorang desainer grafis bekerja?
  • Ketika seorang desainer grafis menerima brief dari klien, idealnya desainer tersebut bekerja mulai dari menganalisa produk, analisa target audience, merumuskan konsep komunikasi visual dan membuat sketsa solusi visual. Setelah idenya disetujui oleh klien baru dimulai proses visualisasi mulai dari pengambilan gambar (foto atau ilustrasi), artistik, layout, komputerisasi, hingga desain aplikasi ke berbagai media yang dibutuhkan.

Ilmu yang perlu dipelajari:
  • Desain Grafis merupakan bidang ilmu yang meliputi banyak aspek mulai dari seni, komunikasi, teknologi hingga sosial budaya. Dalam aspek seni rupa, kita harus mempelajari dasar-dasar seni rupa seperti komposisi, warna, layout, tipografi dan ilustrasi serta aplikasinya dengan teknologi seperti teknik reproduksi grafika, fotografi dan komputer. Karena desain grafis adalah seni rupa terapan, maka ketika terjun dalam dunia bisnis sebaiknya seorang desainer grafis juga mempelajari ilmu komunikasi, manajemen dan marketing

Mengenal Desain Grafis

3:43 AM Posted by shufflinstars , , , , No comments

Desain Grafis itu berasal dari dua kata yaitu Desain dan Grafis, kata Desain berarti proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang. Sedangkan Grafis adalah titik atau garis yang berhubungan dengan cetak mencetak. Jadi dengan demikian Desain grafis ialah kombinasi kompleks antara kata-kata, gambar, angka, grafik, foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bias menggabungkan elemen-elemen ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus atau sangat berguna dalam bidang gambar.

Dalam bidang kompetensi Desain Grafis yang harus dikuasai sebelum bekerja adalah:
1. Sikap (Attitude)
Bekerja sebagai penunjang bidang komunikasi membutuhkan manusia yang sadar akan tugasnya sebagai pengantar pesan/informasi. Pada tingkat mula telah disadarkan akan tugas pentingnya aspek informatif. Pada jenjang yang lebih tinggi dibutuhkan wawasan mengenai teori komunikasi untuk melakukan tugas yang lebih rumit dalam olah visualnya. Hal tersebut menyangkut pertimbangan tentang:
  • Pesan/message (apa maksud informasi)
  • Khalayak/audience (siapa masyarakat/pelihat yang dituju)
  • Sasaran/objective (apa yang diharapkan setelah mendapat informasi).
Kerumitan ketiga aspek ini akan berkembang sejalan dengan makin kompleksnya masalah komunikasi yang dihadapi.

2. Pengetahuan, Ketrampilan, dan Kepekaan (Skill, Knowledge, and Sensibility)
Dalam bidang desain grafis beberapa pengetahuan dasar kesenirupaan umum dan keterampilan/ kepekaan khusus perlu diperoleh sebelum terjun ke lapangan kerja. Berikut pengetahuan yang wajib dimiliki oleh seorang desainer grafis:
Pengetahuan, keterampilan dan kepekaan oleh unsur rupa/desain (garis, bidang, bentuk, tekstur, kontras, ruang, irama, warna, dan lain-lain) serta prinsip desain (harmoni, keseimbangan, irama, kontras, kedalaman, dan lain-lain). Untuk desain grafis disyaratkan penguasaan garida (grid system) dan kolom halaman.
  • Pengetahuan warna (lingkaran warna, intensitas, analog, saturasi, kromatik, dan lain-lain) dan kepekaan warna, baik aditif (cahaya langsung) maupun subtraktif (pantulan/pigmen), pengetahuan warna monitor (RGB) dan warna untuk percetakan (CMYK, Spot Colour).
  • Memiliki pengetahun dan keterampilan dalam oleh huruf/tipografi: keluarga huruf, ukuran huruf, bobot huruf, istilah dalam tipografi, keterampilan mengolah huruf secara manual (dengan tangan) maupun secara digital.
  • Memiliki ketrampilan menggambar dan kepekaan pada unsur gambar (garis, bidang, warna, dan seterusnya).
  • Memiliki pengetahuan dasar fotografi.

3. Kreatifitas (Creativity)
Kemampuan kreatif merupakan kompetensi kunci dalam profesi ini. Bidang desain grafis menuntut hasil yang bukan hanya benar dan sesuai misi komunikasi, tetapi juga karya yang menampilkan keunikan dan kesegaran gagasan. Hal ini jadi penting karena pada dasarnya manusia selalu menuntut hal baru untuk menghindari kebosanan, dalam era banjir informasi seperti yang kita alami saat ini (tiap orang menerima sedikitnya tujuh ribu informasi per hari) pesan yang tak unik/menarik akan hilang ditelan kegaduhan komunikasi. Dalam lingkup demikian kreativitas seorang ahli bidang ini dihargai.


sumber:
https://www.academia.edu/7424479/Etika_and_Profesi_Desainer_Grafis
A Business Guide to Visual Communication by Katy French
Communication Design "Principles, Methods, and Practice" by Jorge Frascara

Tuesday, September 8, 2015

Pendahuluan

10:17 PM Posted by shufflinstars , , , , , , No comments

Di dunia desain grafis merupakan dunia yang dinamis mengikuti ruang dan waktu. Desain sendiri sangatlah berpengaruh dan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tersebut, dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari kita sudah berinteraksi dengan dunia desain. Sejak kita ada dibumi ini, lahir, bermain dan tumbuh menjadi dewasa hingga sekarang, coba kalau kita kilas balik memori kita dimana ketika dimasa kecil kita, mungkin yang teringat kebanyakan secara visual, misalnya cover buku tulis kita waktu duduk di sekolah dasar, merk sepatu kita waktu main bola dengan teman, desain bungkus jajanan yg dulu sering kita beli, film kartun yg sering kita tonton di TV waktu hari minggu, logo yg ada di sabun mandi yang kita pakai saat kita mandi dulu dan banyak lagi lainnya. Suatu saat ketika kita menemukan bentuk visual tersebut sekarang dan kita akan secara tak langsung membuka memori-memori tersebut dan seakan-akan membawanya ke masa lampau dimana kita melihat dan merasaknnya dulu. Ya begitu kuatnya dunia desain yang bisa membawa pikiran kita jauh tanpa batas.

Melihat fenomena dunia desain yang begitu cepat dan dinamis, sebagai desainerpun kita juga harus bisa mengikuti perkembangan tersebut, jangan hanya puas dengan apa yang dimiliki sekarang, terus menggali konsep visual baru, gaya baru dan metode baru dalam mengembangkan desain. Ketika hal tersebut bisa kita lakukan dengan penuh kreatifitas dan inovasi secara berkelanjutan maka tanpa disadari hal tersebut akan menjadi sebuah trendsetter. Ya desain merupakan awal mula dimana berkembangnya sebuah trendsetter di tengah-tengah masyarakat. Dan berpikirlah sebagai desainer, kita mendesain bukan semata-mata hanya keperluan atau kepentingan tertentu, tapi milikilah tujuan dimana dengan desain kita bisa mempengaruhi dan merubah dunia menjadi hidup yang lebih baik, yang teratur dan seimbang.

Selain hal tersebut yang harus dimiliki oleh desainer yaitu wawasan, termasuk daya persepsi, keterbukaan dalam berpikir, penalaran termasuk daya apresiasi, kemampuan analisis, kemampuan berpikir logis, estetik, termasuk daya apresiasi, daya ekspresi serta kemampuan berpikir kreatif dan Attitude (sikap) yang termasuk mentalitas, kemampuan berpikir integral.